Monday, July 28, 2008

Telaga Ngipik, Andalan Gresik

Foto : Wahyu T

Suasana alam yang hijau dari pantulan dedaunan bukit Giri, menghapus stereotip masyarakat akan kota Gresik sebagai area panas dan berpolutan. Hal ini terbukti saat barisan pepohonan berikut taman-taman kota, selalu siap menyejukkan mata pengunjungnya. Gresik yang kaya akan hasil industrinya dan kulinernya, menjadi pilihan tepat lokasi wisata keluarga.



Telaga Ngipik, Andalan Gresik

Suasana alam yang hijau dari pantulan dedaunan bukit Giri, menghapus stereotip masyarakat akan kota Gresik sebagai area panas dan berpolutan. Hal ini terbukti saat barisan pepohonan berikut taman-taman kota, selalu siap menyejukkan mata pengunjungnya. Gresik yang kaya akan hasil industrinya dan kulinernya, menjadi pilihan tepat lokasi wisata keluarga.

Suasana sejuk, tenang, nyaman langsung terasa begitu sampai di tempat wisata Giri Wana Tirta. Dekat dari jalan raya memasuki desa Ngipik melewati ruas jalan menurun menuju ke danau, kita bisa memandang hamparan air hijau membiru yang luas. Kepenatan perjalanan darat lebih dari satu jam dari Kota Surabaya pun langsung sirna.

Di warung-warung sederhana pinggir jalan, banyak dijumpai pelancong lokal menghabiskan waktu berjam-jam memandangi wisata buatan itu, sambil menyeruput kopi dengan nikmat. Angin bertiup sepoi-sepoi menambah segarnya suasana. Menghirup udara perbukitan kota Gresik membuat sendi-sendi dan tubuh menjadi lebih bugar dan pikiran damai.


Tak dikenal warga Gresik
Giri wana Tirta yang lebih popular dengan nama Telaga Ngipik merupakan salah satu tempat wisata yang dikelola apik oleh PT Swabina Gatra, salah satu Grup dari PT Petrokimia Gresik sejak tahun 2002 silam. Nama giri wana Tirta diadopsi dari karakteristik lokasi telaga Ngipik. Diantaranya Giri berarti Kebesaaran dari Sunan Giri yang makamnya bertempat di kota Gresik. Wana berarti hutan dan pepohonan yang mengelilingi tempat wisata ini, dan Tirta yang berarti air, sengaja dipakai karena menyuguhkan telaga Ngipik yang mempunyai unsur air.

Swijiharyoyok (35) Kepala pengelolah Giri wana Tirta, menjelaskan tempat wisata ini tercipta karena berawal dari asal mula lahirnya telaga Ngipik. Telaga Ngipik sendiri ini terbentuk dari penambnagan tanah lapang oleh PT Petrokimia Gresik, untuk digali dan diambil sebagian tanahnya, dijadikan bahan baku Semen. Karena seringnya dilakukan eksploitasi tanah, terbentuklah lubang seluas 20 hektar dalam waktu singkat.

Demi menghindari kerugian pada alam, PT Petrokimia Semen Gresik sengaja bekerja sama dengan organisasi Bina Lingkungan. Dalam kegiatannya, perusahaan penghasil Semen itu, berinisiatif membuat lingkungan di sekitar pabriknya agar terhindar dari polusi akibat limbah industri. Lalu difungsikanlah lahan berlubang itu menjadi telaga Ngipik. Karena tempatnya masih berada dalam wilayah desa Ngipik, sehingga masyarakat pun menyebutnya telaga Ngipik, Gresik.

Seiring bergulirnya waktu, PT Swabina Gatra, pabrik penghasil minuman gelas bermerk Swa itu mendapatkan mandat dari PT Petrokimia Semen Gresik untuk mengelolah Telaga Ngipik agar dijadikan tempat wisata wilayah Jawa Timur. Mendapat dukungan dari Pemda, PT Swabina Gatra sengaja mengelolah tanah dan pepohonan yang mengitari telaga Ngipik untuk dijadikan taman dan tempat bermain bagi masyarakat umum.

Pemerintah Kabupaten Gresik pun menjadikan Wisata Telaga Ngipik maupun Giri Wana Tirta sebagai sumber pemasukan daerah sector pariwisata. Namun, seiring berjalannya waktu, tempat wisata yang berada di tengah-tengah kawasan industri PT petrokimia Gresik, terabaikan pengelolaannya.

Di depan gapura saat memasuki tempat wisata ini, tak satupun terlihat papan nama yang bertuliskan tempat Wisata Telaga Ngipik, Giri Wana Tirta. Hal itu secara langsung berdampak pada minimnya pengenalan tempat wisata ini kepada masyarakat. Pihak pengelola menjrlaskan tidak dipasangnya nama tempat wisata, karena alasan belum mengurus pembiayaan pajak area.

Karena hal ini, masih banyak masyarakat Gresik yang belum mengetahui keberadaan Telaga Ngipik. Selain karena masih banyak yang lebih suka memilih wisata religi, lemahnya promosi wisata Telaga Ngipik yang dilakukan pihak Pemkab merupakan salah satu faktor "terlupakannya" tempat wisata ini.

Padahal, Hampir setiap hari Sabtu dan Minggu cukup banyak masyarakat Gresik yang menyempatkan berekreasi di tempat tersebut. Seperti yang terlihat pada hari Minggu (23/3) lalu, puluhan pengunjung tampak menikmati suasana telaga, dengan dikelilingi pepohonan yang hijau dan rindang. Ditempat ini pula kejuaraan Ski Air baik tingkat regional maupun nasional sering diselenggarakan, seperti pada Pekan Olahraga Nasioanl (PON) XX beberapa waktu lalu.


Wisata keluarga
Walaupun tidak setenar tempat ziarah makam Sunan Giri, wisata Telaga Ngipik juga masih digandrungi oleh masyarakat, baik muda-mudi, anak-anak, maupun keluarga besar.
Bagi yang sudah berkeluarga, keceriaan anak-anak merupakan tujuan berwisata. Seperti yang diungkapkan Anshori, warga Desa Sidorukun, Gresik, "Apalagi di sini sudah tersedia arena permainan anak-anak. Jadi, selain saya dapat istirahat di pinggir telaga, anak-anak bisa bermain sendiri di tempat permainan", ujar Anshori.

Selain permainan anak, di kawasan wisata ini juga disiapkan dua perahu motor yang setiap saat dapat digunakan untuk mengelilingi telaga. Ada 20 tempat duduk dalam kapal motor sepanjang 12 meter itu. Dengan hanya membayar Rp 2.500 setiap penumpangnya dapat menikmati keindahan telaga dengan perahu motor. Tak hanya itu, disediakan pula 10 sepeda air yang bisa digunakan sewaktu-waktu di areal yang sudah ditentukan oleh pengelola. Biayanya juga murah, hanya Rp 5.000 per sepeda air selama 1 jam.

Kalau sekadar ingin menikmati panorama telaga, dermaga milik kelompok olahraga ski air juga bisa dikunjungi. Dari dermaga ini, pengunjung dapat melihat air telaga yang sejuk terutama pada pagi hari ataupun sore hari.

Keberadaan telaga tidak hanya dinikmati wisatawan yang datang dengan keluarganya. Puluhan pemancing juga berdatangan ke Telaga Ngipik untuk menyalurkan hobinya. Bahkan, para pemancing ini biasanya datang lebih awal dibanding pengunjung wisata lainnya.

Meski hasil pancingan yang diperoleh tidak sebanyak dan sebesar dengan ikan yang dipancing di kolam pemancingan pada umumnya, para pemancing tetap merasa puas dengan memancing di Telaga Ngipik tersebut. " Jumlah ikan yang bisa saya peroleh dari tempat ini bukan menjadi soal. Tapi, suasana telaga inilah yang bisa memberikan kenikmatan tersendiri. Apalagi, kalau tempat ini lebih dikelola dengan bagus, saya yakin akan lebih banyak orang yang datang ke tempat ini," ujar Darmanto, salah seorang pemancing.

Alasan berwisata di Telaga Ngipik, Giri Wana Tirta
Letaknya yang ada di tengah jantung Kota Gresik itu membuat tempat wisata Telaga Ngipik cukup mudah dijangkau oleh masyarakat yang hendak berekreasi di tempat tersebut. Lokasinya tepat di sekitar kawasan pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik di Kecamatan Kebomas atau sekitar satu kilometer dari alun-alun Gresik di Jalan Wahid Hasyim.

Untuk sampai di kawasan wisata tersebut dari Surabaya bisa ditempuh selama satu jam di ruas jalan raya Surabaya-Lamongan. Dari pertigaan tugu PT Petrokimia Gresik, masuk ke arah kanan dan menyusuri jalan lurus sekitar 200 meter. Pintu gerbang kokoh bercatkan hitam tempat masuk Telaga Ngipik akan terlihat di sisi kiri jalan. Wisata Telaga Ngipik dapat menjadi wisata alternatif yang menyenangkan. Dengan hanya membayar tiket masuk sebesar Rp 1.000 per orang, pengunjung sudah bisa menikmati pemandangan telaga sepuasnya.

Setidaknya, kenikmatan tersebut hampir serupa dengan apa yang bisa pengunjung nikmati ketika berada di telaga waduk Selorejo atau Telaga Sarangan di Magetan. Di areal telaga yang memiliki areal sekitar 100 hektar itu, selain sudah terdapat tempat bermain untuk anak-anak, beberapa stan penjual makanan dan suvenir juga tersedia.

Selain berfungsi sebagai tempai hiburan yang rekreatif, dua tahun lagi pihak pengelolah juga sudah berencana membuat tempat wisata ini menjadi tempat wisata yang edukatif. Rencananya telaga Ngipik ini juga akan dikelola sebagai tempat agrowisata yang menyuguhkan kebun buah. ( teks : Andrian Saputri/ foto : Wahyu Triatmojo from www.eastjavatraveler.com)

memasuki kawasan Taman Wisata Giri Wana Tirta


larangan mandi & berenang di telaga


fasilitas karaoke bagi ingin menyanyi gratis


salah satu lokasi duduk santai yang diminati wisatawan


tempat bermain anak-anak


dapat ikan! bagi yang punya hobi memancing


fasilitas Ski Air


seorang ayah mengajari anaknya memancing


lokasi wisata tampak dari tengah telaga

Readmore/Selanjutnya »»

Saturday, July 19, 2008

Nikmatnya Sepincuk Nasi Krawu

Foto : Wahyu T

Ini adalah masakan khas dari Gresik selain Otak-Otak Bandeng. Istilah Krawu, kalo di lain daerah adalah semacam sayuran rebus yang diurap dengan kelapa berbumbu, nah kalo Krawu-nya Gresik beda. Yang diurap dengan kelapa bukan sayur rebus, tetapi daging sapi dan babat.

Nasi Krawu merupakan salah satu masakan ...



Nikmatnya Sepincuk Nasi Krawu

Ini adalah masakan khas dari Gresik selain Otak-Otak Bandeng. Istilah Krawu, kalo di lain daerah adalah semacam sayuran rebus yang diurap dengan kelapa berbumbu, nah kalo Krawu-nya Gresik beda. Yang diurap dengan kelapa bukan sayur rebus, tetapi daging sapi dan babat.

Nasi Krawu merupakan salah satu masakan khas daerah Gresik, pembuatan nasi krawu dirintis oleh Mbuk Sufayah pada era tahun 1950-an. Nasinya di buat agak keras dan disajikan dalam pincuk daun pisang. Lauk nasi krawu ini berupa krengsengan daging, jeroan sapi, babat, mangut, dan sambel kehitaman yang pedesnya tidak ketulungan.

Daging dan babat yang dibacem dengan aneka bumbu dan santan hingga meresap, warnanya coklat, sangat empuk sampe menjadi suwiran kasar dengan sendirinya. Aksessoris yang selau wajib disertakan adalah dua macam jenis srundeng (parutan kelapa dengan bumbu lalu digoreng) berwarna agak coklat dan oranye. Srundeng berwarna agak coklat disebut abon sedangkan yang berwarna oranye disebut krawu, dari sinilah didapat nama nasi krawu. Rasanya? Sedap, gurih sekaligus legit.

Salah satu nasi krawu yang cukup ramai dikunjungi warga gresik desa sidorukun adalah warung nasi krawu Bu Nunuk. Ada yang beda dengan Nasi Krawu Bu Nunuk, yaitu sebagian besar lauk yang dimasukkan ke dalam pincuk anda diambil menggunakan tangannya tanpa bantuan sendok (kecuali saat mengaduk daging) begitupun dengan pengambilan sambelnya. Semakin nikmatnya nasi krawu disajikan dalam pincuk daun pisang muda bukan piring. Untuk urusan harga, anda tak perlu khawatir mengeluarkan uang banyak. Sepincuk nasi krawu lengkap dengan lauknya dijual Rp 6 ribu. Murah bukan. (andrian saputri/ foto: wahyu T atmojo eastjavatraveler.com)

warung bu Nunuk

nasi krawu andalannya

Bu Nunuk, salah satu pembuat nasi krawu di Gresik

proses pembuatan nasi krawu

serundeng kelapa, pelengkap khas nasi krawu

piala Festival Makanan dan Minuman yang diraihnya dari Dinas P&K JATIM th.2005
Readmore/Selanjutnya »»

Friday, July 11, 2008

Es Siwalan Paling Berkawan

Foto : Wahyu T

Disamping terkenal dengan agroindustrinya, kota Gresik juga kerap dijadikan sebagai tempat melepas lelah. Seperti halnya berwisata di telaga buatan Ngipik, Makam Sunan Giri, serta masih banyak lagi beberapa tempat agrowisata Gresik yang siap mengisi liburan santai anda.

Jika anda melintasi ruas jalan Jawa, Gresik akan dijumpai rindangnya pohon-pohon yang berdiri berjajar di satu tempat sejuk. Warga Gresik yang berkunjung, sering menyebutnya Bundaran Gresik Kota Baru (GKB). Disana banyak dijumpai para penjajah makanan dan minuman khas kota Gresik.

Untuk anda yang ingin sajian segar-segar di sore hari, coba saja Es Siwalan. Bahannya dari buah siwalan segar yang dipotong ...





Es Siwalan Paling Berkawan

Selain Es Legen yang terkenal sebagai minuman khas Gresik. Ternyata masih ada sajian minuman lawas lainnya yang masih digandrungi hingga saat ini. Yaitu Es Siwalan dan Kolak Pisang Siwalan. Rasanya, patut untuk dicoba.

Disamping terkenal dengan agroindustrinya, kota Gresik juga kerap dijadikan sebagai tempat melepas lelah. Seperti halnya berwisata di telaga buatan Ngipik, Makam Sunan Giri, serta masih banyak lagi beberapa tempat agrowisata Gresik yang siap mengisi liburan santai anda.

Jika anda melintasi ruas jalan Jawa, Gresik akan dijumpai rindangnya pohon-pohon yang berdiri berjajar di satu tempat sejuk. Warga Gresik yang berkunjung, sering menyebutnya Bundaran Gresik Kota Baru (GKB). Disana banyak dijumpai para penjajah makanan dan minuman khas kota Gresik.

Untuk anda yang ingin sajian segar-segar di sore hari, coba saja Es Siwalan. Bahannya dari buah siwalan segar yang dipotong kotak-kotak memanjang. Untuk sirupnya, berasal dari air siwalan yang dimasak mendidih bersama perasan santan kelapa. Rasa manis yang dihasilkan pun tidak terlalu manis tapi cukup legit dan gurih karena ada aroma rasa santan didalamnya.

Satu lagi minuman manis khas kota Pudak adalah Es Kolak Pisang Siwalan. Buah siwalan yang berkolaborasi dengan kukusan buah pisang jenis raja nangka itu disajikan dingin dengan siraman santan dan gula arennya yang kental. Jika ingin yang special anda bisa menambahkan bubur durian. Memang terasa terlalu banyak isi dan rasa. Namun justru di sinilah letak sensasinya. Aroma Bubur berbahan baku durian yang dicampur dengan gurihnya santan, legitnya buah siwalan berpadu dengan rasa manis asam dari pisang raja nangka. Sangat menyegarkan, apalagi diminum usai makan.

Salah satu penjual yang sudah lama mangkal di Bundaran GKB ini adalah Ibu Tanti (50). Wanita setengah paruh baya itu, mengaku menjual Es siwalan dan Es Kolak pisang Siwalan hampir lima tahun. Dalam seharinya ia bisa menghabiskan 60 biji buah siwalan,

Jika buah siwalan itu tidak saatnya musim, maka Tatik menggantinya dengan kolang-kaling. Dalam kemasannya, makanan yang terbuat dari rumput laut itu disajikan layaknya buah siwalan. Namun, tidak adanya buah siwalan bukan menjadi kendala berat bagi Tatik untuk menjajakan Es nya. “Langganan saya tetap suka, walaupun siwalannya diganti dengan kolang-kaling,”kata Tatik. (Naskah: Andrian Saputri / Foto : WT. Atmojo EAST JAVA TRAVELER) from www.eastjavatraveler.com


Ibu Tanti, penjual Es Siwalan.


dekat Bundaran GKB.


manis, terasa siwalan muda yang lembut.

Readmore/Selanjutnya »»

Desir Sapa Pulau Mengare

Foto : M. Ridlo'i

Semilir angin berhembus mengiringi deru perairan, sejenak hati mematri betapa indahnya Pulau Mengare.

Pulau Mengare merupakan bagian dari Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Menuju ke lokasinya pun cukup mudah. Jalan paving selebar 2,8 meter dengan kiri dan kanannya lahan tambak di tambah semak belukar adalah satu-satunya jalan yang menghubungkan Desa Sembayat (Bungah) dengan Pulau Mengare. Menuju ke sana dapat di tempuh lewat jalan tol Surabaya-Manyar. Setelah itu turun Manyar menuju Sembayat.

Sesampai di Sembayat sebelum melintas di jembatan layang yang melintang di atas sungai Bengawan Solo, dijumpai sebuah jalan kecil dan ....



Desir Sapa Pulau Mengare

Semilir angin berhembus mengiringi deru perairan, sejenak hati mematri betapa indahnya Pulau Mengare.

Pulau Mengare merupakan bagian dari Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Menuju ke lokasinya pun cukup mudah. Jalan paving selebar 2,8 meter dengan kiri dan kanannya lahan tambak di tambah semak belukar adalah satu-satunya jalan yang menghubungkan Desa Sembayat (Bungah) dengan Pulau Mengare. Menuju ke sana dapat di tempuh lewat jalan tol Surabaya-Manyar. Setelah itu turun Manyar menuju Sembayat.

Sesampai di Sembayat sebelum melintas di jembatan layang yang melintang di atas sungai Bengawan Solo, dijumpai sebuah jalan kecil dan ada beberapa orang yang menjaga portal (palang pintu masuk menuju Pulau Mengare).

Jarak portal Sembayat ke Pulau Mengare sepanjang 12 km. Setelah itu kita akan menemukan sebuah tugu yang bertuliskan 'Selamat Datang Pulau Mengare Desa Watu Agung’. Sampailah kita di pulau yang keseharian penduduknya bercakap menggunakan bahasa Madura.

Sebagai wilayah kepulauan, penduduk setempat yang laki-laki kebanyakan melaut (nelayan) di Selat Madura. Terkadang ada juga yang bekerja sebagai buruh tambak yang letaknya hampir mengitari kepulauan tersebut.

Sedangkan bagi yang perempuan lebih banyak tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga. Dan sebagian dari mereka ada yang memilih melancong ke luar kota, untuk mengadu nasib sebagai buruh pabrik. Seperti di Surabaya dan Jakarta.

Nelayan setempat kebanyakan mencari rajungan (sejenis kepiting), cumi-cumi dan udang. Setelah itu mereka jual kepada tengkulak. Khusus untuk rajuangan dijual nelayan pada sebuah Home Industry (rumah usaha) bernama Mini Plant. Usaha tersebut berupa pengelolahan daging rajungan untuk di ekspor ke luar negeri, seperti Amerika, inggris dan Jepang. “Ya, rajungan-rajungan ini kami beli dari nelayan dengan harga berbeda tergantung isinya dalam setiap kilogramnya,” tutur Miftahudin (36).

Lebih lanjut Miftahudin mengatakan rajungan dibelinya dari para nelayan perkilogramnya dengan isi 12 ekor untuk ukuran paling kecil dengan harga Rp. 22 ribu. “Dan harga itu untuk nelayan, beda lagi bila membeli dari tengkulak yang biasanya dengan harga Rp. 25 ribu,” Imbuhnya.

Kendati demikian tidak selalu rumah usaha itu bertumpu pada nelayan. Karena rajungan yang diborong tergantung dari bentuk dan kwalitasnya. "Kalau lebih baik dari tengkulak, mengapa tidak," tukas Wanto, salah seorang pekerja lainnya.



Perubahan Mangrove
Belakangan geliat nelayan Pulau Mengare perlahan mengalami ujian. Tentu, akibat dari sebagian wilayah pesisir Gresik yang mengalami perubahan Mangrove. Terutama pengaruh indutrialisasi yang berdampak pengkisan wilayah kelautan.

Dalam survei tahun 1986 yang dilakukan Wetland Asian Beareau (LSM Lahan Basah) teridentifikasi ratusan koloni burung yang terdiri dari ribuan burung, karena kawasan ini masih dikembangkan tambak selaras alam dengan menanami pematang tambak dengan bakau dari jenis Avicennia maupun Rhizophora.

Selain itu kawasan ini merupakan delta Brantas yang mengalami sedimentasi sehingga terjadi penambahan lahan pantai sampai beberapa kilo meter, hal ini menyediakan Feeding ground bagi berbagai jenis burung air, semua daerah pengamaan (Ujung Pangkah, Pulau Mengare, Kali lamong, dan Kebomas) memiliki banyak kesamaan karena dipengaruhi oleh proses sedimentasi.

Daerah Gresik banyak mengalami perubahan mangrove terutama digunakan untuk area industri dan pelabuhan. Mangrove tersisa di daerah tambak, pada garis pantai lainnya hanyalah semak mangrove atau komunitas ketebalan kurang dari 60 meter.

Pengaruh dan dampak industrialisasi juga berdampak bagi mata pencaharian penduduk Pulau Mengare. Seperti yang diutarakan M. Sholeh kini kebanyakan warga di sini banyak yang bekerja di Jakarta sebagai buruh pabrik. "Mau bagaimana lagi bertumpu pada hasil laut, seperti itulah hasilnya," tambahnya. (Naskah/Foto: M. Ridlo’i)

Mutiara Terurai di Pesisir Gresik
Suasana mistik, keramat, dan nuansa Madura begitu terasa apabila kita masuk di Dusun Kramat (Pulau Mengare) Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.

Di selak-belukar pulau tersebut banyak dijumpai bekas-bekas bangunan bersejarah jaman penjajahan Belanda. Seperti halnya sebuah sumur tua yang terletak Dusun Kramat. Di dekatnya juga ditemukan sebuah jublang (semacam tempat pemandian, red).

Sementara itu, di tempat lain juga ditemukan empat buah bekas goa-goa persembunyian pasukan tentara Belanda dari rakyat Indonesia. Tepatnya di hutan yang ada di Dusun Watu Gajah dan Karang Liman.

Warga setempat menyebut aset-aset bersejarah tersebut dengan istilah nomeran. “Istilah nomeran diberikan pada sisa-sisa bangunan Belanda itu, agar kita mudah (mengingatnya),” ujar M. Sholeh (25) warga Watu Gajah.

Sholeh menambahkan kini nilai sejarahnya telah hilang setelah batu-batu bangunan tersebut diambil orang. “Akan tetapi tak lama sebelum pergi jauh dari lokasi pengambilan orang tersebut langsung meninggal,” imbuhnya.

Menurut keterangan salah seorang saksi sejarah Pulau Mengare, Damar Wulan (89) menjelaskan tentara Belanda datang ke sini sekitar tahun 1920-an. “Dan maaf mengenai sejarah lainnya saya sudah lupa,” ucap kakek yang kerap disapa Mbah Bohlan ini, sembari mencoba mengingat berbagai peristiwa lalu.

Pelarian Putri Solo
Tatkala kita singgah di suatu daerah, pasti banyak kisah yang bercerita tentang asal-usulnya. Begitu juga di Pulau Mengare, banyak kisah di balik kesunyian tempat ini.

Awal mula Pulau yang memiliki jumlah penduduk sekitar 9.200 jiwa itu terkuak dari sebuah legenda Putri keraton Solo dan seekor ular raksasa.

Mulanya sang putri keraton Solo melarikan diri dari perjodohannya dengan lelaki bangsawan asal Cina. Sang Putri pun pergi seorang diri dengan naik perahu menyisiri Sungai Bengawan Solo menuju jalur pantai utara menuju ke arah timur. Hingga akhirnya Sang Putri terdampar di Bengawan Legowo atau (kini; Telaga Pacar), yang terletak di Dusun Kramat, Pulau Mengare.

Sang Raja (Ayahanda Sang Putri) pun geram mengetahui kaburnya putrinya. Dan ia mengutus seekor ular raksasa milik keraton untuk mencari putrinya dengan menyisiri jalur pantai utara.

Alhasil, Sang Putri pun ditemukan oleh ular tersebut. Berkat bujukan ular jika perjodohan dibatalkan, akhirnya Putri mau kembali ke keraton. Sayangnya, niat buruk ular tersebut diketahui seorang waliyullah kota Gresik, yakni Sunan Giri (Raden Paku). Yang kala itu menguasai penyebaran ajaran islam di kota pudak.

Sunan Giri akhirnya mengutus Sunan Karebet (Jaka Tingkir) untuk mengutuk ular tersebut. Sempat terjadi pertarungan sengit, namun ular kalah hingga akhirnya mati dengan kondisi mengelilingi Pulau Mengare (kini,red).

Menurut cerita dari salah seorang sesepuh Dusun Kramat, Mohammad Ahnan (54) mengatakan jika tubuh mayat ular itu akhirnya terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu bagian kepala adalah Dusun Kramat, bagian perut adalah Dusun Tajung Widoro, dan bagian ekor adalah Dusun Mentani (Watu Agung).

“Dan ketiga tempat itulah yang akhirnya menjadi bagian dari Pulau Mengare,” kata bapak 3 anak itu sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Saat ditanya siapakah tokoh pertama kali yang babat alas Pulau Mengare. Ahnan mengatakan tokoh itu bernama Dimas Sulthan Kertabumi, salah seorang utusan kerajaan Panjaluh Tasikmalaya Jawa Barat. Yang makamnya dapat dijumpai pedukuhan Ujung Sawo Dusun Kramat. (Naskah/Foto: M.Ridlo'i EAST JAVA TRAVELER) from www.eastjavatraveler.com

memasuki kawasan desa Watu Agung Pulau Mengare


pesisir pantai Pulau Mengare





pabrik pengolahan daging rajungan, kepiting, cumi-cumi dan udang.

merebus rajungan sebelum dikupas kulitnya.


memilah rajungan yang berkualitas baik.


ruang pengupasan kulit rajungan dari dagingnya.


tampak buruh-buruh mengupas kulit rajungan.


rajungan yang sudah bertelur.


gua bekas persembunyian penjajah belanda.


Bekas sumur pada zaman pejajahan Belanda, letaknya dekat rumah mbah Bolan Dusun Kramat Watu Agung, Mengare.

Readmore/Selanjutnya »»

welcome

Selamat Datang di Blog Kota Gresik

Surabaya, 11 Juli 2008
18.23 wib

Readmore/Selanjutnya »»